Rock In Solo - History In The Making (2011)

by




Sabtu, 17 September 2011 tidak akan seperti hari Sabtu biasa, karena Sabtu tersebut berarti Rock In Solo 2011. Ini tahun kelima dan saya masih ingat cuaca sangat oke saat itu, sedikit mendung tidak terlalu terik mungkin kita harus berterima kasih kepada pawang untuk kapasitasnya mengkondusifkan cuaca. Open Gate pada pukul 9 pagi, tetapi hiruk pikuk event ini sudah terlihat pada Jumat sore, beberapa pemuda dengan pakaian khas hitam sudah ke venue mungkin mereka datang dari dari luar kota atau hanya sekedar menonton persiapan acara.



Yang saya tangkap secara kasat mata setelah masuk ke venue adalah, ini “taman bermain” yang megah, melebihi kemeriahan di Sriwedari kalau boleh TMII, silahkan pilih band mana yang ingin di tonton karena pihak penyelenggara menyedikan 4 panggung masing-masing berdekorasi artwork dengan tema mengambil dari beberapa elemen alam dan mendatangkan total 40 band dari kelas lokal, nasional sampe internasional. Megah!!

Stage D menjadi panggung yang pertama bergemuruh , di buka oleh Death Stumble, band death metal asal Klaten, di susul kemudian Blood Diamond menjadi band sophomore, Sisi Selatan band metalcore asal wonogiri tampil setelah Blood Diamond turun panggung, dan terlihat di stage C Enforced perform mengawali hingar bingar di stage C, setelah Sisi Selatan perfom kini giliran Bankeray, band thrash metal asal timur kota Solo, Karanganyar. Band yang kemarin telah merilis EP“Jalur Tengkorak”, mereka membawakan 3 lagu, termasuk satu lagu baru yang kali pertama mereka mainkan di panggung sembari membagikan beberapa CD ke penonton sebagai parchel kepada penikmat dalam rangka ulang tahun band ini sehari sebelum Rock In Solo.

Kisaran pukul 12 siang aktifitas panggung di hentikan sejenak untuk memberi waktu adzan berkumandang. Setelah break dzuhur Madonna Of The Rock tampak di stage B sedangkan stage C ada Fat In Diet tidak kalah seru Defragment Otak, band death metal asal Sragen yang tampil rapih. Karena terlalu banyak stage dan jumlah mata saya yang terbatas akan hampir mustahil jika saya bisa mereview dengan detail satu per satu band yang main pada saat itu.

Rajasinga yang beberapa bulan kemarin merilis album baru “Rajagnaruk” dan menyelesaikan tour Malaysia itu tampil liar di stage B, mereka membawakan lagu-lagu dari album Pandora dan Rajagnaruk, mereka juga sempat mengajak Doddy Hansom (Komunal) featuring saat membawakan lagu “Balada Sumanto”, tampak Mas Dodd kepanasan dan menguyur kepalanya dengan air mineral. Seperti biasanya sang vokalis tampak antraktif dengan penonton dengan banyolannya yang khas.

Something Wrong band hardcore asal Jogja yang tidak lama ini merilis album N.E.S.U!! (Negoro Edan Sengsoro Uripe), yang menarik dari dari band ini adalah materi lagu mereka hampir semuanya memakai bahasa jawa, dan mereka tahu benar bagaimana menjadi orang Jogjakarta. Ketika mereka membawakan lagu “Matamu Sempal”, terlihat antusias penonton meningkat drastis, kirik yang sangat realistis dan aransemen lagu yang menghentak, as you know lagu itu sempat menjadi favorit request di acara musik cutting edge radio lokal.

Setelah puas dengan Something Wrong kini saatnya Gigantor, Gigantor band asal ibukota yang mengaku bermain heavy metal. “ Jika kita melihat band-band pop di luar sana memakai gitar itu (menujuk gitar Jackson yang di pakai Dipo) lebih baik di buang ke sampah saja, karena it’s time to thrashing!” Ucap Barata di sela aksi panggungnya. Hey man, I’m absolutely agree with You!!.

Membawakan 5 lagu dari album Clash From The Past. We are the knight, dengan sound gitar garing dan riff yang menyayat. Yang tampak berbeda adalah ketika Barata menjadi vokalis, saat itu saya cukup kaget tidak tahu alasannya, saya coba tanya teman saya ternyata Rizky yang biasanya vokal harus ke Australi untuk melanjutkan kuliahnya. Gigantor sukses mengeksusi amunisi dengan jumlah durasinya di panggung dan selesai tepat adhan azhar berkumandang, berarti break azhar, dan saatnya mencari makan dan minum karena rasa lapar dan haus saya mulai tak bisa di toleransi lagi.

Saya keluar venue dan mencari angkringan, lalu lintas di luar venue padat merayap, karena venue Rock In Solo tahun ini berada di Alun-alun Lor, tempat yang sangat strategis, venue berada di lingkungan Kraton Surakarta, sangat dekat dengan Pasar Klewer, kantor walikota, nol kilometer Gladag, Pasar Gede, jalan protokol Slamet Riyadi, spot wisata kuliner malam Galabo , PGS (Pusat Grosir Solo), BTC (Beteng Trade Center), bekas Benteng Vredeenberg.

Setelah selesai makan saya kembali masuk venue, ternyata di dalam ada arak arakan tim marching band kraton Surakarta di tengah-tengah venue. Segan buat penyelenggara, untuk pemikiran yang sampai sejauh itu. Karena sejauh apapun musik kita, kita masih terikat tradisi dan budaya asal kita, setelah selesai dengan marching band, kini giliran Isthar band asal Korea itu, tampil di stage B, harus berjalan cukup jauh untuk mendekat karena posisi saya sebelum berteduh di tengah-tengah venue, karena ada sepasang pohon beringin tua, sangat terawat dan pas hari itu sekalipun masih ada beberapa orang datang (mayoritas nenek-nenek) dengan bunga, dan berdiam diri sejenak(mungkin berdoa), marching band kraton, ritual yang sangat Jawa, lokasi di lingkup tempat-tempat bersejerah dan legenda thrash metal sebagai headliner, saya lantas setuju bahwa ini benar-benar Heritage Metalfest.

Kembali ke Isthar jujur saya tidak bisa menikmati seluruh perform mereka, karena saya melihat mereka cuma 2 lagu, dengan karakter vokal Seriosa dengan vibrasi tebal yang lantang dan tiba-tiba gerimis sempat turun di sela perfom mereka, mungkin ini apesnya Isthar karena ketika on stagesemua konsentrasi massa berada di stage B, tapi tidak lama tidak sampai sepuluh menit rintik-rintik gerimis dan mendung yang sempat menggelayut di sapu habis seperti kita harus memberikan big applause dan berterima kasih yang kedua kalinya kepada pawang untuk kapasitasnya. Tetapi sehebat apapun pawang nya, dia hanya mengurusi masalah cuaca hujan,tidak menyelamatkan konsentrasi massa di stage B, alhasil konsentrasi massa turun drastis, namun tragedi gerimis nyelilit itu, menjadi hikmah di stage C, karena pasca gerimis konsentrasi massa secara prosentase lebih memihak di stage C.

Enforce band death thrash asal negeri kangguru menjadi band penutup di stage C, ini kali pertama Enforce manggung di Solo, meski pernah beberapa kali show di Bali, saya berpendapat stage C adalah stage ambigram, karena stage ini di awali dan di tutup dengan band yang bernama Enforce. Lanjut ke stage B kini giliran Derranged band death metal asal Swedia, Derranged sukses mengobrak abrik seluruh kuping metalhead tepat sebelum jeda maghrib. Dengan permainan drum yang cepat dan rapi, lantas membuat metalhead terhanyut kenikmatan brutal death metal yang mereka sengaja bawakan.

Ada jeda waktu yang lama, akan tetapi di dalam arena sudah dipersiapkan beberapa fasilitas-fasilitas penunjang kenyamanan metalhead, mulai dari WC Portable, Tempat ibadah, Food Court, hingga spot foto ( cikal bakal foto profil-profil facebook metalhead). Dan majalah M-Live gratis sebagai bacaan yang bisa didapat dengan mengunjungi tenda media center sore itu.

Stage A Menggelegar, and the Major of Metal

Oathean, band Black Metal dari Korea yang datang ke Indonesia barengan dengan Ishtar, menggempur telinga dan batin metalhead mulai setengah 8 malam setelah jeda waktu tadi. Mereka membawakan 5 lagu meski dibeberapa bagian awal terdapat sedikit kendala teknis di sound. Akan tetapi mereka sanggup membuka dan memanaskan malam itu di Stage A dengan sukses.

Tiba giliran dimana band kebanggaan Tuan Rumah muncul, setelah para host yaitu Adia dan Aria yang sebelumnya juga mengumumkan bahwa band ini bakal merilis album kedua mereka sebentar lagi dalam waktu dekat, mereka adalah Down For Life. Stephanus Adjie sang vokalis tampil sangat komunikatif dengan metalhead, kelima begundal kota bengawan ini sudah mahfum betul bagaimana mengkoordinir para Pasukan Babi Neraka untuk ikut hanyut dalam lagu-lagu mereka. Sebut saja, Liturgi Penyesatan, Technologic, hingga Pasukan Babi Neraka menjadi hits andalan malam itu.

Setelah Down For Life resmi membuat Pasukan Babi Neraka kepanasan dan semakin liar, giliran mereka(metalhead) diracuni Venomous oleh Burger Kill, band asal ujung berung yang di motori Eben membawakan sekitaran 6-7 lagu, mulai dari album terbaru mereka Venomous, yang akan digelar konsernya 24 September ini di Bandung hingga hits-hits dari album lawasnya, seperti Penjara Batin, Shadow of Sorrow dan Darah Hitam Kebencian yang menuntaskan perform mereka malam itu.

Disaat seperti inilah, sang Walikota Metal muncul didepan barikadi ditengah-tengah penonton, Jokowi sapaan akrabnya melambaikan tangan dengan memakai baju berlapis t-shirt kebesarannya, Lamb of God. Inilah walikota terbaik yang pernah di miliki solo, perhatian dibuat mengalih sejenak, penonton berfoto-foto, bahkan ketika Jokowi dipancing untuk mengutarakan keinginannya, siapa band yang ingin dia lihat di Rock In Solo tahun depan, beliau menjawab dengan senyumannya yang khas, “Kalau mampu ya Metallica, atau Lamb Of God.”. Hey major you really rock…!!. Media mengabadikannya dan pastinya menjadi bahan berita yang sangat heboh minggu ini. Seisi Alun-alun bersorak sorai riuh tepuk tangan.

Buat kalangan die hard Death Metal, band yang ini pastinya sudah sangat mereka nanti-nanti sambil berdegup-degup sejak siang, mereka adalah Kataklysm. Meski di bagian awal terdapat kendala teknis di gitar, dengan sangat komunikatif sang vokalis bisa membawa penonton untuk memakluminya. “Wait a few minute we have problem, after this one we will give you a show who you never forget!!” Dan mereka benar dengan perkataanya dengan penampilan sangat impresif, rapi dan menghibur. Salah satu lagu mereka yang menyinggung soal Illuminati, menambah liar crowd massa untuk semakin mengganas dengan slamdancenya. Saya dibuat ejakulasi dini oleh band ini,awesome dan penonton benar-benar dibuat terpukau dengan penampilan mereka malam itu. Bahkan beberapa orang berpendapat perform mereka lebih “oke” dari Death Angel.

Kelar Kataklysm menggelegar, oleh panitia disajikan cuplikan dari DVD Thrashumentary milik Death Angel yang rilis musim panas tahun depan. Dan, event satu ini juga akan menjadi bagian dari dokumentary tersebut selain juga dibuatkan dokumentary tersendiri lengkap soal Rock In Solo hasil produksi anak negeri. Tiba saat yang ditunggu-tunggu, meski penonton dibuat harap-harap cemas menunggu prepare yang cukup lama, Cavestany masuk panggung dengan perlahan menenteng jackson dan mulai menggasaknya. Resmi Death Angel muncul dengan perform liarnya. Beberapa track diambil dari album terbaru mereka “Relentless Retribution”, sebut saja Relentless Retribution, This Hate, Absence of Light, River of Rapture, pula album pertama mereka “The Ultra Violence”, seperti “Bored” yang fenomenal hingga “Act III” album seperti “Seemingly Endless Times”.

Mark Oseguida sedikit kesal ketika micnya tiba-tiba mengalami gangguan dibeberapa bagian awal, akan tetapi tidak membuat kehilangan gairahnya. Damien sang bassist tampil lepas dan Will yang juga bermain rapi meski mereka anggota baru dalam line up tersebut. Penonton sangat liar malam itu, beberapa kali circle pit dilakukan seperti ketika Kataklysm menghajar habis-habisan, mereka sangat penuh semangat dan berenergi lebih, seperti mereka sudah mempersiapkannya sejak awal. Kemudian mereka dibuat berteriak “We Want More..We Want More” sedikit seperti kecewa di bagian-bagian akhir, karena para personel Death Angel keluar dari panggung, seolah-olah mereka sudah menuntaskan perhelatan malam itu. Mirip seperti ketika mereka bermain di Bulungan, Mei lalu.

Ternyata itu hanyalah salah satu dari bagian pertunjukan mereka, penonton bersorak sorai ketika Death Angel masuk kembali ke stage, Mark menenteng whiskey dan mulai menghantam, penonton mengampuninya dengan moshing liar sekali lagi. Yeah, dan intro mirip “The Exorcist” yang juga soundtrack film horror juga lagu dari Possesed yang berpadan horror dengan t-shirt Ghost yang dikenakan Mark malam itu, memulai atraksi menggilas mereka dilanjut dengan “Thrown to The Wolves” sekaligus lagu penuntas malam itu. Baru setelah itu pertunjukkan benar-benar berakhir, Will melempar simbalnya kembali seperti saat Mei di Bulungan, Jakarta Selatan kemarin (8/5) dan berakhir dengan foto bersama sebagai memorial yang akan dibawa ke Amerika sana. Tampak Cavestany, Will dan Mark tersenyum sekaligus tertawa-tawa melihat penonton rebutan simbal itu, dan yang mendapatkan simbal itu pasti juga tertawa bahagia sekaligus bangga dengan jahatnya. Rekan-rekan dari media dan penonton ikut mengabadikan momen itu dengan khidmatnya.

Upacara akbar tersebut ditutup oleh host dengan sambutan terima kasih dan semoga mereka metalhead dari luar kota dan luar Jawa pulang dengan bahagia cerita, kenangan indah dan semangat serta selamat. Umur panjang buat kalian yang datang untuk musik malam itu, bukan atas nama genre, komunitas atau apapun tetek bengek di dalamnya. Ini konser penting untuk menunjukan sejauh mana kematangan musik kota Solo dinilai, dan sangat pasti perlu di apresiasi, oleh semua lapisan. Sekian kalo ada salah kata, jangan salahkan saya. Salahkan yang diatas, salahkan alien..Hahahaha!!!!


oleh: @Siingkekkk @karkatuar [pernah diunggah di Maximosh.com RIP]