Nostalgia Untuk Passion, dan High Octane Rock

by

foto oleh: @Adia311


Sore itu 30/11/2012 selepas kerja seperti hari hari biasanya,  saya langsung  masuk kamar lalu mulai menyalakan computer, check sosial media sampe atur playlist. Setelah liat di timeline isi tweet ramai-ramai membicarakan isi tweet Vicki Vette, salah satu  bintang film dewasa asal Amerika, yang selalu mengirimkan dukungan terhadap timnas Indonesia dan yang paling baru tweet dia waktu itu berjanji akan mencium andik jika dia mampu membobol gawang Malaysia. Selain itu beberapa tweet mengarah ke Festival Lokananta.


Ya Festival Lokananta ini gigs keren, gigs semacam ini mulai sulit di jumpai. Karena bukan cuma show musik, gathering pemutaran film dokumenter, di bukanya beberapa spot  historical tentang  lokananta. Sangat miris ketika mendengar rumor Lokananta akan beralih fungsi menjadi mall, kalo melihat visi kota Solo yang ingin menjadi kota seni dan budaya seharusnya ini di pelihara, karena mall tidak sesuai dengan semangat itu, kalo semangat dan budaya konsumerisme iya, tapi substansinya bukan itu.  lalu yang paling membuat saya antusias dari festval ini adalah seringai!! Seringai menjadi headliner di hari kedua. Saya pantas antusias karena sudah 2x saya di php sama pamflet, 2 kali (Solo, Salatiga)  Seringai gagal maen dan mungkin faktor kangen jadi alasan berikutnya. Flashback sebentar,  Seringai show terakhir di Solo sekitar tahun 2008 yang lalu waktu itu di lapangan Jaten. Mereka menggelar  tour dan show gelar di beberapa kabupaten seperti Karanganyar, Sragen dan Sukoharjo. Sudah pasti saya lihat yang di karanganyar karena sangat dekat dengan rumah, venue di lapangan Jaten. Itulah rockshow pertama dan terkeren sepanjang sejarah lapangan Jaten, ribuan orang datang ke venue selain acara sendiri memang gratis, percayalah dulu banyak orang tidak begitu memusingkan genre,  dulu semua  (mungkin) punya satu kepercayaan bersama ketika ada undergroundan (istilah lama) kita bersemangat kita sms an kumpul lalu berangkat bareng  bergerombol, waktu itu belum ada facebook, BBM belum ada yang pake yang pake baru si Angel dari film Angel Diary yang muncul habis maghrib di Trans Tv itu,lalu kita semua menjadi satu arena. Whatever you punk, you metal, you elon elon, you dangduters, you hardcore, kita di bawah naungan sound buang yang sama. Slam dance together, falling in the pit, raise any each other and the band as a savior just like jessus.

Sebelum Seringai perform, Down For Life lebih dulu mengeksekusi panggung. Mereka tampil agresif  seperti biasanya waktu itu gitaris mereka masih kakak beradik Imam Sigit,  silahkan di pungkiri tapi Down For Life adalah band Solo paling berpengaruh saat itu, sampai sekarang pun anda tidak bisa membicarakan perkembangan musik rock kota Solo tanpa melibatkan mereka, walau terdengar cukup tak adil tapi itu faktanya. Setelah Down For Life kelar, kini saatnya seringai, tampil sangat flameable, dia (Arian/vokalis) mencibir dengan jelas bagaimana “kebrengsekan” sistem keaparatan di depan banyak oknum polisi di kanan kiri panggung yang mengawal jalannya pertunjukan, lalu di timpali lagu Lencana, bukan cuma aparat yang kena semprot Arian tapi penonton pun jadi sasaran konsumsi publik, saat itu ada penoton masih nekat pake helm di tengah tengah kerumunan (ndangdutan banget0). “pak polisi, tangkap itu, dia pake helm tapi gag bawa motor” teriak arian. Mengadili persepsi (bermain tuhan) di bawakan sangat anthemic, karena di awal lagu  semua penonton meneriakkan individu berulang ulang di bawah instruksi vokalis. Ya, lagu mengadili persepsi ( bermain tuhan) sangat Berjaya kala itu, air time di radio kenceng, saya pikir ini impas, sebuah  reaksi yang layak untuk lagu yang  muktahir. Lagu tentang bagaimana seharusnya hukum itu mengatur kebebasan bukan bebas mengatur, lalu akhirnya konser di tutup. Yah semua puas, sangat menyenangkan walau itu bukan kali pertama saya melihat aksi mereka karena sebelumnya mereka sudah pernah main di Rock In Solo, Velodrome Manahan.

Cukup Untuk Nostalgianya!

Sabtu sore tepat hari kedua Festival Lokananta di gelar, saya akan sangat berterima kasih sekali kepada teman Saya Ipung (Burning Angel), karena kesediaanya menculik  saya dari tempat kerja yang nota bene jauh, tanpa-mu mungkin saya baru bisa pulang jam 8 bro, dan program party pun ikut terancam pula.

Berangkat pukul 7 kita harus ke Oknum rockmerch dulu mengambil tiket dan saya cari makan, sampe di venue pukul setengah 8, masuk ke gedung di sambut pemeriksaan keamanan setelah itu group keroncong Swastika tampil begitu anggun dan nyaman  di tengah pekarangan, hampir semua ruangan di Lokananta di buka untuk umum, jadi semua bisa melihat bagaimana seluk beluk situs perusahaan rekaman musik dalam negeri itu, tanpa lama lama saya dan teman teman menuju lokasi panggung outdoor di pekarangan luar Lokananta tapi sebelum nyampe di panggung utama langkah kami terhadang beberapa kerumunan teman teman  di boot A Mild Soundstation, ada yang lesehan sebagian berdiri, rupanya the Think selaku penyelenggara menyediakan LCD untuk mengakomodasi bagi mereka yang tak mau ketinggalan menyaksikan laga hidup mati  timnas Indonesia di ajang Piala AFF Cup, Indonesia terus tampil menyerang tapi belum ada gol bersarang, di panggung si Adia mc dari Prambors yang sekaligus kakaknya Wahyu Tri Nugroho (kiper timnas) meneriakkan Down For Life, spot nobar penoton berkurang cukup drastis, tak banyak meyerang justru Malaysia mampu mencetak gol, 1-0 untuk Malaysia dan saya harus bergegas ke stage, tak lama kemudian si Panji (Lelembut) menyusul, “bajinguk malah 2- 0 I ” kata dia, “lha kowe ngopo rene omonge militan” sahut saya, “militan sih miltan tapi nek 2-0 kosong berat boss”  jawab dia.

Kembali di stage lagi Down For Life masih menggeber lagu lagu mereka, menanggapi kemenangan timnas si Aji (vokalis) cuma bilang “jadi guwe musti ngaceng saambil bilang waaooww??!!” Hahah that’s fuck enough man. Down For Life menyelesaikan aksi mereka dengan lagu tertikam dari belakang, selanjutnya Seringai memulai show dengan memutar canis dirus sebagai intro, semua personil sudah siap di atas stage minus vokalis tapi tak lama kemudian si Arian muncul, tanpa basa basi lagu pertama langsung di geber di larang di bandung, secara personal saya cukup kecewa kenapa lagu sekeren ini harus muncul di awal, dompet dan handphone saya titipkan ke Anton (Bankeray) dan saya langsung berjibaku ke pit, sedikit berlumpur di tengah tapi cukup kering di agak samping. Arian tetap berengsek seperti dahulu, dia bernyanyi seolah tiada hari esok,jingkrak-jingkrak  microphone berputar , mencacat pemerintah, sampe jokes tentang Noah.

Dia memberikan big respect kepada Ariel, atas keberhasilannya menjadi rockstar yang sebenarnya.  Di tengah tengah songlist mereka menyisipkan lagu Raining Bloodnya Slayer, kemudian mereka memainkan lagu lagu dari album Serigala Militia seperti Citra Natural, Amplifier dan Serigala Militia itu sendiri, lagu Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan) di mainkan terakhir, seperti halnya empat tahun yang lalu di awalan lagu Arian menginstruksi penonton untuk meneriakkan “individu” bersama sama. Ketika lagu selesai, semua berteriak “we want more, we want more, we want more”. Setalah meminta pertimbangan dari pihak  mixer akhirnya di kabulkan satu lagu, Ace Of Spades dari Motorhead,  sebuah lagu persembahan kepada opa kita Lemmy Kilmister yang sudah 67 tahun tapi tetap menggelar tur dan ngeband.

Acara selesai cukup melelahkan, harus segera ke toilet untuk bersih bersih. Setelah hape saya minta dari Anton, lalu muncul sms dari teman saya kalau Chelsea kalah dari West Ham United, di susul beberapa sms bernada miring tentang kekalahan Chelsea dari beberapa teman, dasar sial kalian!! cukup menyedihkan karena Chelsea belum pernah meraih kemenangan sejak bulan Oktober, jarak dari puncak klasemen pun jadi 10 point dari Manchester United, get well soon Chelsea, whatever your result im always on your back. Buka twiter nada di mention pun tak jauh berbeda dari sms, tapi kekalahan Chelsea kali  ini terbayar kemenangan Seringai. ya Seringai memang memenangkan gairah kami para Serigala Militia, di saat negeri ini krisis misisi kritis, mereka tampil meyakinkan dan original. Mereka tetap memilih jadi band “berengsek” meneriakan perubahan daripada band yang main aman lalu terlupakan.

Semalam saya merasakan semangat yang sama ketika empat tahun lalu di lapanagan jaten, berbagi pit bersama, bernyanyi bersama, stage diving bersama, betapa menyenangkanya era itu, untuk Agung “vemo” aku merindukan tubuh gendutmu sebagai badan loncatan, atau ketika kamu ku dorong dan empat meter kedepan moshpit langsung berantakan, semoga sukses di Bogor.  Untuk teman teman punk era 2008 an, menyenangakan pernah bisa berbagi rokok bersama, dan untuk the think maju terus, saya lebih suka tidak ada Rock in Solo tapi acara semacam ini di gelar setahun 7 kali, Saturday, I'm In Rock, God Save The Pop, Tribute To Our Heroes, Nightmare After Christmas, Burn Studio Burn, Smash Your Ass Tour, dll. Sekian,  Khafilah menggongong, anjing berlalu.

Christanto Singkek (@Siingkekkk)